PESAN DINI HARI
By Ucu Siti Romlah
Rasa kantuk masih bergelayut manja ketika suara nada dering android memanggilku.Ada rasa heran menyelinap. Mungkinkah dari saudaraku yang jauh di luar kota? Entahlah... feelingku tak merasakan chemistry sama sekali. Kalau kakak atau adikku, biasanya feelingku ikut "bicara". Tetapi kali ini aku tak merasakan itu! Hmmm...siapa... yaaa...? Satu persatu wajah kakak dan adikku singgah di layar memory ingatan bak slide film yang melintas di depanku. Seringkali selepas isya atau sore hari di waktu santai, kami baru bisa saling sapa melepas rindu . Domisili yang cukup jauh terutama situasi covid memang salah satu kendala untuk bisa berkumpul dalam waktu dekat ini.
Sekilas kulihat jam dinding menunjukkan pukul 3 dini hari. Ayo, lihat siapa yang membangunkanmu! kata hati menyuruhku untuk segera menyelesaikan teka-teki di fikiranku.
Segudang tanya memaksa untuk membuka android yang tergeletak di meja tulis. Outline tulisan yang masih belum kelar karena diganggu rasa kantuk tadi malam, tampak masih dalam posisi semula bersama sebuah bolpoin yang terdiam membisu.Dengan agak terkantuk-kantuk kubuka layar androidku.Kubaca pesan singkat itu. Bu,“Sudah bangun? Semoga sehat selalu ya!” katanya.Pesan itu membuatku tertegun. Pesan dari nomor hp yang tak kukenal.Mungkin belum sempat aku save,NO NAME... tanpa nama!
Hmmm...rasa ingin tahu menggoda mataku untuk mengamati gambar profil yang tak begitu jelas. Terlihat foto seorang ibu paruh baya sedang duduk sedikit membelakangi kamera. Masya Allah... Mba Tris toh...ternyata ini pesan dari Mba Tris...! aku baru menyadari setelah kuamati foto itu dengan seksama. Mba Tris pedagang kecil di sekolah, lama tak berjualan karena mengeluhkan sakit di tubuhnya ditambah lagi masalah covid-19 yang menyebabkan sekolah sepi tak ada lagi anak-anak yang membeli dagangannya.Pada waktu istirahat kadang Mba Tris suka cerita banyak hal. Tentang kesehatannya,anak-anaknya dan pasang surut kehidupannya.
Dari sekian obrolan yang ia sampaikan,obrolan tentang anaknya yang paling menarik untuk disimak. Wajahnya selalu sumringah dan matanya
berbinar saat bercerita tentang anak-anaknya
yang sudah mandiri dan berkeluarga.Terus terang,aku lebih suka
mendengarkan ceritanya. Ya,mendengarkan dengan mencerna apa yang Mba Tris
katakan.Menjadi pendengar sambil sedikit komentar dan antusias mendengarkan ceritanya,
itu membuatnya lebih leluasa untuk tak segan cerita tentang banyak hal. Terkadang
Mba Tris memberi kejutan kecil dengan menambahkan bonus makanan dari jajanan
yang kubeli.Tiba-tiba mataku berembun. Ya Robb...siapa yang menggerakkan hati
Mba Tris untuk mengirim pesan padaku di pagi buta, di saat yang tak kuduga sama
sekali? Tak ada faktor kebetulan dalam kehidupan ini.Semua yang terjadi ada rencana
Allah di dalamnya. Ke mana aku selama ini? Astagfirullah...aku bergumam lirih.
Situasi covid ini bagaimana pun telah merenggangkan nilai
silaturahim dan pesan Mba Tris dini hari itu mengingatkan aku untuk tak melupakan
siapapun walau silaturahim itu hanya melalui pesan singkat di android. Banyak
orang tulus seperti Mba Tris di luar sana,itu pasti!
Kebaikan memang tak mengenal kasta dan ketulusan hati selalu
mengalir seperti beningnya mataair di telaga. Terima kasih Mba Tris...
Rajapolah,19 Ramadan 1442 H
010521
Teruslah berkarya saudariku, smoga karya Literasi anda bermanfaat dan diikuti oleh insan pendidik lainnya
BalasHapusTanks, Salam Literasi kembali !
Terima kasih atas motivasi dan dukungannya. Aamiin🙏🙏
Hapus